Kamis, 22 November 2012

CARA BICARA RASULULLAH SAW

“Rasulullah saw. tidak berbicara cepat sebagaimana kalian. Tetapi beliau berbicara dengan kata-kata yang jelas dan tegas. Orang yang duduk bersamanya akan dapat menghafal (kata-katanya)
(Diriwayatkan oleh Humaid bin Mas’adah al Bashriyyi, dari Humaid al Aswad, dari Usamah bin Zaid, dari Zuhri, dari `Urwah, yang bersumber dari `Aisyah r.a.)
“Rasulullah saw. suka mengulang kata-kata yang diucapkannya sebanyak tiga kali agar dapat dipahami.”(Diriwayatkan oleh Muhammad bin Yahya, dari Abu Qutaibah –Muslim bin Qutaibah-. dari `Abdullah bin al Mutsani, dari Tsumamah, yang bersumber dari Anas bin Malik r.a.)
  • CARA RASULULLAH SAW TERTAWA
“Betis Rasulullah saw kecil (tidak gemuk). Beliau tidak tertawa kecuali tersenyum.Bila aku memandangkepadanya, aku berkata (dalam hati); “Betapa hitam pelupuk matanya, padahal tidak dihitami.”(Diriwayatkan oleh Ahmad bin Mani’, dari `Abbad bin al `Awwam, dari al Hajjaj –Ibnu Arthah-*, dari Simak bin Harb, yang bersumber dari Jabir bin Samurah r.a.)
• Al Hajjaj (Ibnu Arthah) didla’ifkan oleh jamaah “Tiadalah tertawa Rasulullah saw kecuali tersenyum.”(Diriwayatkan oleh Ahmad bin Khalid al Khilal, dari Yahya bin Ishaq, as Sailihani, dari Laits bin Sa’id, dari Yazid bin Abi Habib, yang bersumber dari`Abdullah bin al Harits r.a)
  • MINYAK WANGI RASULULLAH SAW
“Rasulullah saw. bersabda :”Wewangian laki-laki ialah yang harum baunya dan tersembunyi warnanya. Sedangkan wewangian wanita ialah yang cemerlang warnanya dan tersembunyi baunya.”(Diriwayatkan oleh Mahmud bin Ghailan, dari Abu Daud al Hafariyyi, dari Sufyan, dari al Jurairi, dari Abi Nadhrah, dari seseorang*, yang bersumber dari Abu Hurairah r.a.)
• Dalam riwayat lain yang juga bersumber dari Abu Hurairah r.a., sanadnya adalah:Diriwayatkan oleh `Ali bin Hujr, dari Isma’il bin Ibrahim, dari al Jurairi, dari Abi Nadhrah, dari at Thawafi, yang bersumber dari Abu hurairah r.a.
  • KELAKAR RASULULLAH SAW
“Sesungguhnya Rasulullah saw. bergaul akrab dengan kami, sehingga beliau bersabda kepada adikku yang masih kecil :”Wahai Abu `Umair (bapak Umair), apa yang dapat dikerjakan burung sekecil itu?”(Diriwayatkan oleh Hannad bin asSariyyi, dari Waki’, dari Syu’bah, dari Abit Tayyah, yang bersumber dari Anas bin Malik r.a.)
• Ia adalah saudara seibu Anas bin Malik r.a., namanya adalah Ibnu Abi Thalhah Zaid bin Sahl al Anshari, sedangkan ibu bagi keduanya adalah Ummu Sulaim binti Malhan. Ibnu Abi Thalhah (Abu `Umair) wafat sewaktu masih kecil yakni dimasa Nabi saw. masih hidup.
• Imam Tirmidzi berkata :” Maksud Hadist ini, Rasulullah saw. bergurau. Di dalam pergurauannya, beliau memberi gelar kepad seorang anak kecil dengan sebutan bapak:”Wahai Abu `Umair (Wahai bapak `Umair). Pada hadist inipun terdapat suatu hukum,bahwa memberi mainan kepada anak-anak berupa burung tidak apa-apa. Nabi saw.
bersabda: “Wahai Abu `Umair apa yang dapat dikerjakan oleh burung sekecil itu ?”Maksudnya adalah : Anak kecil itu mempunyai burung kecil sebagai mainannya. Kemudian burung itu mati , maka anak tersebut berduka cita karenanya. Untuk mengobati dukanya Nabi saw bersenda gurau kepadanya.
“Mereka (para sahabat) bertanya: “Wahai Rasulullah! apakah Anda suka bergurau kepada kami?” Beliau bersabda : “Benar! Hanya saja apa yang kukatakan, tidak lain hanyalah kebenaran.”(Diriwayatkan oleh `Abbas bin Muhammad ad Duri, dari `Ali bin al Hassan bin Syaqiq, dari `Abdullah bin al Mubarak, dari Usamah Ibnu Zaid, dari Sa’id al Maqbari, yang bersumber dari Abu Hurairah r.a.)
  • SYI’IR YANG DIBACA RASULULLAH SAW
Aisyah r.a. bertanya :”Apakah Rasulullah saw. pernah membaca syi’ir?” Ia menjawab : “Beliau pernah membaca Syi’ir Ibnu Rawahah r.a.dan juga pernah membaca syi’ir yang berbunyi: “Berita-berita akan datang kepadamu Dibawa oleh orang yang tak kau beri bekal.”(Diriwayatkan oleh `Ali bin Hujr, dari Syarik, dari al Miqdambin Syuraih, dari bapaknya,yang bersumber dari `Aisyah r.a.)
• Permulaan baitnya berbunyi: Hari demi hari akan menyingkap kejelasan bagimu. Walau kau sebelumnya tidak tahu.
Rasulullah saw. bersabda :”Syi’ir yang terbaik (paling benar) yang pernah dibacakan seorang penya’ir adalah Syi’ir Labid* (bin Abi Rabi’ah al Amiri), yang berbunyi: “Ingat! Segala sesuatu selain Allah pasti binasa.” Dan hampir saja Ummayah bin Abis Shalt* menjadi muslim (karena syi’ir-syi’irnya) .”(Diriwayatkan oleh Muhammad bin Basyar, dari `Abdurrahman bin Mahdi, dari Sufyan as Tsauri, dari `Abdul Malik bin`Umair,dari Abu Salamah,yang bersumber dari Abu Hurairah r.a.)
• Pada masa jahiliyah, Labid adalah seorang yang mulia demikian pula setelah ia masuk Islam. Ia merupakan penyair Arab yang terkenal saat itu. Namun setelah turun ayat-ayat Al-Qur’an ia berhenti membuat syi’ir dan ia hanya mencukupkan dengan al-Qur’an saja. Ia wafat pada tahun 41 H pada usia 140 tahun.
• Tentang Ummayah bin Abis Shalt, Rasulullah pernah bersabda: “Syi’irnya beriman, namun hatinya tetap kafir.”
“Aku pernah berada di belakang Nabi saw. (dibonceng), kepadanya kubacakan seratus qafiah (sajak) Syi’ir gubahanUmmayah bin Abis Shalt as Tsaqaf.Manakala kubacakan kepadanya sebait syi’ir, Nabi saw. bersabda : “Tambahkan lagi!” Sehingga kepadanya kubacakan seratus bait syi’ir, kemudian Nabi saw bersabda : “Sesungguhnya Ummayah itu hampir saja menjadi muslim.”(Diriwayatkan oleh Ahmad bin Mani’, dari Marwan bin Mu’awiyah*, dari `Abdullah bin `Abdurrahman at Thaifi, dari `Amr bin Syarid, yang bersumber dari ayahnya)
• Marwan bin Mu’awiyah bin Harits al kufi, ia dinyatakan tsiqat oleh jamaah. ia wafat tahun 193 H.
“Rasulullah saw. meletakkan mimbar untuk Hasan bin Tsabit di dalam masjid agar ia bersyi’ir yang membesarkan hati Rasulullah saaw., atau (perawi ragu) agar ia mempertahankan Rasulullah saw. Rasulullah saw. bersabda : “Sesungguhnya Allah swt. menolong Hasan lewat Jibril tatkala ia mempertahankan (atau membesarkan hati) Rasulullah saw. (dengan syi’irnya)” (Diriwayatkan oleh Isma’il bin Musa al Fazari, dan diriwayatkan oleh `Ali bin Hujr (semakna), keduanya menerima dari `Abdurrahman bin Zinad, dari Hisyam bin `Urwah, dari bapaknya (`Urwah), yang bersumber dari `Aisyah r.a.)

http://abizakii.wordpress.com/as-%E2%80%93-syamail/cara-bicara-rasulullah-saw/

Selasa, 20 November 2012

Putra Putri Nabi Muhammad SAW

Menurut pendapat ulama yang paling sahih, putra-putri beliau berjumlah tujuh orang. Tiga laki laki dan empat perempuan. Putra beliau yang pertama ialah Qasim, dan dari nama putra beliau inilah yang kemudian menjadi julukan beliau. Abbal Qasim.
Kemudian Zainab, Ruqayyah, Fathimah, Ummu Kultsum (namanya pun menjadi julukannya), dan kemudian Abdullah yang dinamai juga dengan Thayib atau Thahir.
Namun ada juga yang mengatakan bahwa Thayib dan Thahir itu lain dari Abdullah yang keduanya dilahirkan dari satu rahim sebelum beliau diangkat menjadi Nabi, dan ada pula yang mengatakan lain dari itu. Semuanya dilahirkan di kota Makkah, dari satu kandungan yaitu Siti Khadijah. Kemudian lahir Ibrahim dari kandungan Maria Al-Qibthiyah.
1. Qasim
Qasim meninggal di kota Makkah setelah usianya mencapai dua tahun. Ada juga yang mengatakan di bawah dua tahun dan ada pula yang mengatakan di atas dua tahun. Dia adalah putra beliau yang pertama meninggal dunia. Kemudian Abdullah, yang juga meninggal di Makkah ketika masih kanak-kanak. Ketika itu, Al-Ash bin Wa’il berkata: “Terputuslah keturunannya!”Maka Allah menurunkan firman-Nya: ‘Sesungguhnya orang-orang yang membencimu itulah yang akan terputus keturunannya’. (QS A1-Kautsar: 3)
2. Ibrahim
Ibrahim dilahirkan di bulan Dzulhijjah tahun kedelapan Hijrah. Beliau meng-akikah-kannya pada hari ketujuh dari kelahirannya dengan menyembelih dua ekor domba, dan pada hari itu juga ia diberi nama dan rambutnya dicukur.Beliau bersedekah dengan perak seberat timbangan rambut Ibrahim. Dan rambut itu ditanam. Ibrahim meninggal dunia pada tahun kesepuluh Hijriah dalam usia satu tahun sepuluh bulan, dan ada yang mengatakan satu tahun enam bulan. Dimakamkan di Baqi’.
3. Zainab
Zainab dipersunting oleh saudara sepupunya Abul’Ash bin Rabi’ bin Abdul ’Uzza bin Abdu Syams bin Abdu Manaf. Ibunya Halah binti Khuwailid. Dari perkawinan ini lahirlah Ali dan Umamah. Ali putra Zainab inilah yang digoncengkan Rasulullah di belakang ontanya pada peristiwa penaklukan kota Makkah (Fath-Makkah). Ia meninggal dunia di kala usianya menginjak dewasa. Sedangkan Halah binti Mughirah dipersunting oleh Ali bin Abu Thalib, sesudah bibinya Fathimah tiada, sesuai wasiat dari Fathimah. Setelah Ali meninggal dunia, ia kemudian dipersunting oleh Mughirah bin Nofel bin Harits bin Abdul Mutthalib berdasarkan wasiat Ali. Dari perkawinannya dengan Mughirah ini, Halah melahirkan seorang anak yang diberi nama Yahya bin Mughirah.Ia meninggal dunia sebelum Mughirah. Dahulu, semasa kecilnya, Rasulullah sangat suka sekali kepadanya, sehingga sering dibawa beliau dalam shalat.
Zainab dilahirkan pada tahun ketigapuluh dari kelahiran Rasul s.a.w. dan meninggal dunia pada tahun kedelapan Hijriah.
4. Ruqayah
Ruqayah di persunting oleh Utsman bin Affan. Konon hal itu terjadi di masa jahiliyah, dan ada juga yang mengatakan sesudah Utsman masuk Islam. Utsman berangkat hijrah bersama Ruqayah ke negeri Ethiopia dua kali. Ruqayah melahirkan seorang anak laki-laki yang diberi nama Abdullah bin Utsman, dan meninggal sesudah Ruqayah, dalam usia enam tahun. Ketika itu, matanya dipatuk seekor ayam jantan hingga mukanya bengkak dan akhirnya meninggal dunia. Ruqayah dilahirkan pada tahun ketigapuluh tiga dari kelahiran Nabi s.a.w., dan meninggal pada hari tibanya Zaid bin Haritsah di Madinah sambil membawa berita tentang kekalahan orang-orang musyrik di Badr.
5. Ummu Kultsum
Ummu Kultsum dipersunting oleh Utsman sesudah kematian Ruqayah. Karena itulah Utsman mendapat gelar Dzunnurain (pemilik dua cahaya). Diriwayatkan oleh Ibnu Majah dan Ibn Asakir dari Abu Hurairah. Nabi s.a.w. mendatangi Utsman di pintu masjid, lalu beliau berkata: “Hai Utsman, Jibril telah menyuruhku agar mengawinkan engkau dengan Ummu Kultsum dengan mahar sama seperti mahar Ruqayah dan sama seperti engkau memperlakukan Ruqayah.”
Ummu Kultsum tidak melahirkan anak dari Utsman. Ia meninggal pada tahun kesembilan Hijriah. Tatkala Ummu Kultsum tiada, Nabi berkata: “Kalian kawinkanlah Utsman, seandainya aku masih mempunyai seorang putri lagi, sungguh akan aku kawinkan lagi ia dengannya. Aku tidaklah mengawinkannya, melainkan dengan wahyu dari Allah SWT.”
Ruqayah dan Ummu Kultsum sebelum itu telah pernah kawin. Ruqayah dengan Utbah bin Abu Lahab dan Ummu Kultsum dengan Utaibah bin Abu Lahab yang kemudian dimangsa singa akibat doa Rasul s.a.w. Tetapi perkawinan mareka tidak lama, atas suruhan Abu Lahab akhirnya kedua orang itu menceraikan mereka, sebelum bercampur.
6. Fathimah
Fathimah binti Rasulullah dipersunting oleh Ali bin Abu Thalib. Ketika itu, Ali berusia duapuluh satu tahun lima bulan, sedangkan Fathimah berusia limabelas tahun lima bulan, sesudah kepulangan dari perang Badr. Demikian disebutkan dalam kitab sejarah Al-Halabiyah. Sedang lahirnya adalah satu tahun sebelum kenabian, dan meninggal dunia enam bulan sesudah ayahnya Rasulullah s.a.w. meninggal, yaitu pada malam Selasa tanggal 3 Ramadhan tahun kesebelas Hijriah. Dimakarnkan oleh Ali pada malam hari.
Fathimah, seperti yang dikatakan oleh Ibnu Duraid, adalah kata yang berasal dari “Fathman” yang sama artinya dengan “qathan” atau “man’an”, artinya “memotong, memutuskan atau menecegah”. Ia dinamakan demikian karena Allah SWT mencegah dirinya dari api neraka. Sebagaimana yang disebutkan dalam akhbar-akhbar yang akan dijelaskan nanti.
Sebelum itu, Fathimah sudah pernah dilamar oleh Abu Bakar dan Umar, namun ditolak oleh Rasul dengan halus. Ketika Ali mengajukan lamaran, maka lamarannya itu langsung diterima. Mas kawinnya adalah baju besinya, sebab Ali tidak mempunyai apa-apa selain dari itu. Kemudian baju besi itu dijual denga harga empat ratus delapan puluh dirham. Kemudian Rasulullah s.a.w. memberi kan kepada Fathimah sebuah bantal dari kulit yang diisi rumput kering, dan rumahnya dihampari dengan pasir.
Beliau juga memberikan sebuah kulit domba yang sudah disamak kepada Fathimah untuk dijadikan kasurnya, dan sebuah gantungan pedang, wadah air dari kulit serta dua buah tempayan tanah, seperti yang disebutkan dalam beberapa riwayat.
Dalam sebuah hadis riwayat Muslim dari sahabat Jabir: “Kami menghadiri perayaan perkawinan Ali bin Abu Thalib dan Fathimah binti Rasulullah s.a.w. Tidak pernah kami menyaksikan perayaan sebaik itu. Rasulullah telah menghidangkan buat kami buah anggur kering dan kurma.”
Diriwayatkan oleh Al-Thabarani hadist yang bersumber dari Asma: “Tatkala Fathimah diserahkan kepada Ali bin Abu Thalib, ia tidak mendapatkan apa apa di dalam rumah Ali selain dari lantai pasir, sebuah bantal yang berisi rumput kering, sebuah tempayan tanah dan sebuah kendi. Kemudian Rasulullah mengutus seseorang kepada Ali membawa pesan: ‘Janganlah kau dekati isterimu hingga aku datang menemui kalian berdua! ‘Tak lama kemudian beliau datang, lantas beliau meminta sebuah bejana berisi air, lalu beliau membacakan doa pada air itu beberapa saat lamanya. Setelah itu beliau mengusap dada dan muka Ali dengan air tadi, lalu beliau memanggil Fathimah, lalu sisa air itu dipercikkan beliau ke atas tubuhnya.
Dalam hadis Buraidah disebutkan:“Lalu Rasulullah meminta sebuah bejana berisi air dan kemudian berwudhu. Setelah itu beliau memercikkan air itu ke atas Ali seraya berdoa ’Ya Allah, berilah keberkatan dalam perkawinan mereka ini dan berilah keberkatan kepada keturunan mereka!’”
Sedang dalam riwayat lain disebutkan: “Dan beliau pun memercikan air tersebut pada kepala dan antara kedua dada Siti Fathimah seraya berdoa: ‘Ya Allah, aku memohonkan perlindungan kepadamu buat dirinya dan diri keturunannya dari gangguan setan yang terkutuk’
Selama hidup berumah tangga dengan Siti Fathimah, Ali tidak mengawini wanita lain. Ali pernah melamar puteri Abu Jahal, namun Rasulullah tidak menyetujui hal itu. Beliau berkata: “Demi Allah, puteri Rasulullal tidak mungkin dikumpulkan dengan putri musuh Allah di bawah satu orang laki-laki.”
Ali pun membatalkan lamaran tersebut. Dari perkawinan Ali dan Fathimah ini, Fathimah melahirkan enam anak, tiga laki-laki dan tiga perempuan. Laki-laki: Hasan, Husein dan Muhassin.
Sedangkan yang perempuan ialah, Zainab, Ummu Kultsum dan Ruqayah. Demikian diriwayatkan oleh Laits bin Sa’ad. Ruqayah meninggal dunia sebelum dewasa, dinukil oleh Ibnu Jauzi. Adapun Hasan dain Husein banyak menurunkan keturunan sebagaimana akan dijelaskan kemudian. Sedangkan Muhassin, meninggal karena ibunya keguguran.
Zainab dipersunting oleh saudara sepupunya yang bernama Abdullah bin Ja’far bin Abu Thalib, dan melahirkan Ali, Aunan Al-Akbar, Abbas, Muhammad dan Ummu Kultsum. Keturunan mereka banyak dan sampai sekarang masih ada. Tentang Zainab ini akan dibicarakan lagi di bagian lain.
Umum Kultsum dipersunting oleh Umar bin Khattab r.a. Ia melahirkan Zaid dan Ruqayah, tetapi keduanya tidak memperoleh keturunan. Kemudian Umar tiada, ia dipersunting pula oleh saudara sepupunya yang bernama Aun bin Ja’far bin Abu Thalib. Dan ketika Aun ini meninggal dunia, maka ia dipersunting pula oleh saudara Aun yang bernama Muhammad, dan Muhammad pun meninggal. Lalu ia dipersunting pula oleh saudara Muhammad yang bernama Abdullah, tanpa melahirkan seorang putra pun dari ketiga orang suaminya yang terakhir ini.
Demikian disebutkan oleh Al Suyuthi dalam kitab Al-Zainabiyah. Sedangkan di dalam kitab Al-Mawahib disebutkan bahwa Ummu Kultsum melahirkan seorang anak perempuan dari suaminya yang kedua, namun meninggal dunia selagi kanak-kanak.

http://abizakii.wordpress.com/2011/02/22/putra-putri-nabi-muhammad-saw/

Sebagian Sifat Nabi shallallahu’alahi wasallam.

Rasulullah SAW adalah orang yang paling dermawan,khususnya di bulan Ramadhan.Orang yang paling baik akhlak dan sosok tubuhnya. Orang yang paling lembut telapak tangannya dan yang paling harum baunya.Orang yang paling baik pergaulanya dan paling takut kepada Allah.Beliau tidak pernah marah atau mendendam karena dirinya. Beliau marah hanya karena larangan2 Allah dilanggar.Tidak ada sesuatupun yang dapat mencegah kemarahannya karena Allah ini hingga kebenaran menjadi pihak yang menang.
Akhlaknya adalah al-Qur’an.Beliau adalah orang yang paling tawadhu. Memenuhi kebutuhan keluarganya dan merendahkan sayapnya untuk orang2 lemah.Orang yang paling pemalu.Beliau tidak pernah mencela makanan sama sekali.Jika menyukai suatu makanan,ia akan memakannya dan jika tidak menyukai,beliau akan meninggalkannya. Beliau tidak pernah makan sambil bersandar (leyeh). Juga tidak pernah makan dimeja makan.Beliau menyukai manisan,madu,dan buah labu.Kadang2 sebulan atau dua bulan disalah satu rumahnya tidak pernah ada asap dapur yang mengepul.beliau menerima hadiah,tidak menerima sedekah.
Beliau juga biasa mengesol sepatu,menjahit pakaian,membesuk orang sakit,dan memenuhi undangan, baik orang kaya maupun orang miskin.Tempat tidurnya terbuat dari kulit yang diisi serabut pelepah kurma.Beliau tidak banyak memiliki kesenangan dunia.Allah telah memberikan kunci kesenangan dunia,tetapi beliau tidak mau mengambilnya dan memilih akhirat.Beliau banyak melakukan dzikir dan pukir.Beliau tak pernah tertawa lebar,tetapi hanya tersenyum.pernah bergurau dan tidak mengatakan kecuali yang benar.Beliau senantiasa berlaku lemah lembut terhadap para sahabatnya.Disebutkan dalam sebuah hadist dari Anas Radhiyallahu ‘anhu,ia berkata,”Aku tidak pernah menyentuh kain celupan atau sutera selembut telapak tangan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.Aku telah berkhidmat kepada Rasulullah selama sepuluh tahun,tetapi beliau tidak pernah samasekali berkata ‘Ah’,kepadaku.juga tidak pernah menegur terhadap apa yang aku lakukan dengan teguran,’mengapa engkau melakukannya?Jugatidak pernah menegur,Mengapa kamu tidak melakukan sesuatu?”.

[Dikutip dari buku Sirah Nabawiyah DR. Muhammad Sa'id Ramadhan al-Buthy penerbit Robbani Press hal 521-522.]

Sabtu, 17 November 2012

Sekilas Kisah Tentang Pasukan Gajah (Sejarah Mekah)



Adalah Abrahah al-Habasyi wakil Raja Najasyi di Yaman menyaksikan para kabilah dan orang-orang yang pergi ke Ka’bah untuk haji dan thawaf. Lalu ia membangun sebuah gereja yang megah untuk mengalihkan perhatian mereka dari Ka’bah. Namun, suatu ketika, masuklah seorang lelaki dari Bani Kinanah dan menodainya dengan darah perawan. Hingga membuat Abrahah marah dan memerintahkan bala tentara bergajah dalam jumlah yang sangat besar untuk menghancurkan Ka’bah.

Ketika sampai di Lembah Muhassir tiba-tiba panglima gajahnya berlutut, namun setiap kali digerakkan kea rah selain Ka’bah, gajah tersebut langsung berdiri bergegas jalan. Hingga sampailah saatnya Allah menurunkan burung Ababil yang melempari mereka dengan batu-batu, yang menyebabkan anggota tubuh mereka terpotong-potong, dan kemudian musnah.

Mereka berlari kabur dan berjatuhan di jalan-jalan. Sedangkan Abrahah, Allah subhanahuwata’ala menurunkan kepadanya suatu penyakit, sehingga ia tidak dapat kembali ke gerejanya. Dadanya terbelah dan hatinya keluar, lalu musnah bagaikan burung-burung kecil.

Peristiwa ini terjadi pada tahun 571 M, sesaat sebelum kelahiran Nabi Muhammad Saw. Dan untuk mengabadikannya, turunlah ayat ; “Apakah kamu tidak memperhatikan bagaimana Tuhanmu telah bertindak terhadap tentara gajah. Bukankah Dia telah menjadikan tipu daya mereka (untuk menghancurkan Ka’bah) itu sia-sia. Dan Dia mengirimkan kepada mereka burung yang berbondong-bondong, yang melempari mereka dengan batu (berasal) dari tanah yang terbakar. Lalu Dia menjadikan mereka seperti daun-daun yang dimakan ulat.” (Q.s. al-Fil/105:1-5)

Dikutip langsung dari Sumber : Buku Sejarah Mekah, Dr. Muhammad Ilyas Abdul Ghani, Penerbit Al-Rasheed Printer