Sabtu, 30 Juli 2016

PAHAM AHLUSUNNAH WAL JAMA'AH

 
 
BAB I PENDAHULUAN 
 
A. Latar Belakang
 Karena zaman semakin akhir, maka gejala-gejala pendangkalan nilai dan norma agama terutama dalam aspek Aqidah makin tampak, ditambah lagi kecanggihan media baik elektronik maupun mess media. Oleh karena itu tiada alternatif lain bagi kita (generasi Muda NU) untuk memperdalam ilmu dibidang Aqidah tersebut agar kita tidak terbawa kedalam ajaran yang sesat.

Kebangkitan ini semakin mengakar dalam organisasi-organisasi Islam yang membawa kesadaran baru. Berdirilah misi-misi Islam yang mengembalikan kepercayaan mengenai kebenaran Islam dan kebesaran sejarahnya. Kebangkitan Islam mengambil bentuk aktifitas sosial yang mendidik generasi muda, memakmurkan masjid, dan membersihkan sifat-sifat tercela. Selain itu, kebangkitan Islam bergerak dalam bidang politik untuk menempatkan Islam dalam politik dan jihad.
Kebangkitan yang sedang kita perbincangkan ini merupakan fase kesadaran baru yang sedang marak di Dunia Arab Islam Pasca gempa fase kehinaan akibat kolonialisme. Kebangkitan Islam mulai muncul menjelang Perang Dunia II pecah dan semain kokoh pada era sesudahnya hingga mencapai momentum perkembangan yang paling spektakuler sejak akhir dasawarsa 1970-an.
Semoga Allah SWT senantiasa memberikan pertolongan kepada kita bersama didalam langkah dan perjuangan menegakkan agama Islam Ala Ahlussunah Wal jama’ah. Amin Ya Robbal Alamin.

  1. Rumusan Masalah
  1. Apa pengertian Ahlussunnah Wal Jama’ah?
  2. Bagaimana sebab muncunya Ahlussunnah Wal Jama’ah?
  3. Bagaimana I’tiqod Ahlussunnah Wal Jama’ah?
  4. Ahlussunnah Wal Jama’ah memiliki beberapa aliran?
  1. Tujuan
  1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah USHUL FIQH!
  2. Untuk mengetahui aliran-aliran yang benar!
  3. Untuk mengetahui siapa imam Ahlussunnah Wal Jama’ah!
  4. Agar kami bisa memahami seluk-beluk agama yang kami peluk sekarang!
BAB II
PEMBAHASAN


  1. Pengertian Ahlussunnah Wal Jama’ah
Kalimat Ahlussunnah Wal Jama’ah terangkai dari tiga kata, yaitu :
Dari kata Ahl yang berarti keluarga, golongan, atau pengikut, As-Sunnah yaitu segala sesuatu yang telah diajarkan oleh Rasulullah SAW. Dan Al-Jama'ah yaitu apa-apa yang telah disepakati oleh para sahabat Rasulullah SAW pada masa AL-Khulafa' Al-Rasyidun (Khalifah Abu Bakar RA, 'Umar bin Khattab RA, 'Utsman bin 'Affan RAdan 'Ali bin Abi Thalib RA).
Ahlussunnah Wal Jama’ah ialah kaum yang menganut kepercayaan yang dianut oleh Nabi Muhammad SAW dan para sahabat beliau.

  1. Munculnya Ahlussunnah Wal Jama’ah
Ahlussunnah Wal Jama’ah muncul pada akhir abad ke-3 Hijriyah yang dikepalai oleh dua orang ulama’ besar dalam Ushuluddinyang bernama Syaikh Abu Hasan ‘Ali Al-Asy’ari da Syaikh Abu Mansur Al-Maturidi, kedua imam tersebut oleh orang Islam dari dahulu sampai sekarang dianggap bahwa keduanyalah yang membangun Ahlussunnah Wal Jama’ah. Hal ini terkandung dalam perkataan Imam Muhammad bin Muhammad Al-Husni Az-Zabidi, yang bunyinya :
إِذَا أُطْلِقَ أَهْلُ السُّنَّةِ فَالْمُرَادُ بِهِ الْأَشَاعِرَةُ وَالْمَاتُرِيْدِيَّةُ.
Yang artinya : “apabila disebut kaum Ahlussunnah Wal Jama’ah, maka maksudnya adalah orang-orang yang mengikuti paham As-Sy’ari dan Abu Mansu Al-Maturidi”.
Dengan sendirinya golongan ini mencakup para ulama’ Mujahidin yag mencari hukum dan hukuman agama dengan melakukan usaha yang wajar yang ditempuh dengan jalan ilmiah Islamiyah yang menggunakan dasar-dasar. Dasar-dasar tersebut meliputi Al-Qur’andan As-Sunnah, selanjutnya ditinjau dari segi ijma’ para sahabat maupun ulama’ lainya. Namun, apabila masih belum mencapai hasil yang diinginkan, maka disusul dengan ijtihad yang meliputi qiyas, istihsan, masalah mursalah dan istinbath. Pada umumnya jalan ini baertujuan untuk menyelamatkan pemikiran dan lebih menjauhkan diri dari kesalahan yang mungkin terjadi, disamping itu untuk menjaga kesatuan umat hingga tidak banyak perselisihan pendapat yang meragukan.


  1. I’tiqod Kaum Ahlussunnah Wal Jama’ah  
Ahlussunnah Wal Jama’ah memiliki I’tiqod yang telah disusun oleh Imam Abu Hasan Al-Asy’ari yang terbagi dari beberapa bagian, yaitu :
  1. Tentang ke-Tuhanan.
  2. Tentang Malaikat-Malaikat.
  3. Tentang Kitab-Kitab.
  4. Tentang Rasul-Rasul.
  5. Tentang Hari Kiamat.
  6. Tentang qodha’ dan qodar
Pembagian yang diabgi oleh Imam Abu Hasan Al-Asy’ari ini sesuai dengan sabda Rasulullah SAW, yang bunyinya :
فَأَخْبِرْنِى عَنِ الْإِيْمَانِ قَالَ : أَنْ تُؤْمِنَ بِاللهِ وَمَلَائِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرَسُلِهِ وَالْيَوْمِ الْأَخِرِ وَالْقَدَرِ خَيْرِهِ وَشَرِّهِ.(رواه مسلم)
Yang artinya : “maka beritahulah kami (hai Rasulullah) tentang iman, nabi menjawab : engkau mesti percaya kepada adanya Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab suci-Nya, rasul-rasul-Nya, hari akhir dan qodha’ qodar-Nya”. (HR. Imam Muslim).


  1. Tentang ke-Tuhanan
Mempercayai adanya Allah hukumya wajib bagi seluruh orang Islam kaum Ahlussunnah Wal Jama’ah. Dzat Allah SWT, itu lebih agung dari pada yang dianggap manusia, sebab akal fikiran manusia tidak mampu mengetahui hakikat akan dzat Allah SWT. Padahal perbandingan antara manusia dan keagungan kerajaan Allah SWT itu lebih kecil dari pada bakteri yang ada pada jisim (tubuh) manusia. Manusia dilarang untuk memfikirkan masalah dzat Allah bertujuan untuk menjauhkan manusia dari jurang kesesatan. Hal ini terkandung dalam sebuah hadits, yang bunyinya :
تَفَكَّرُوْا فِى خَلْقِ اللهِ وَلَا تَتَفَكَّرُوْا فِى اللهِ فَإِنَّكُمْ لَنْ تَقْدِرُوْا قَدْرَهَ. (رواه ابن عباس)
Yang artinya : “berfikirlah kalian terhadap makhluk Allah, dan janganlah kalian berfikir tentang Allah, maka sesungguhnya kamu sekalian tidak mungkin bisa (mengetahui) kekuasaan Allah”. (HR. Ibnu ‘Abbas)
Manusia hanya wajib mengatahu Allah melalui mengetahui sifat-sifat wajib, mustahil dan jaiz bagi Allah. Ketika manusia memikirkan tentang Allah akal fikiran yang manusia miliki tidak akan sanggup menjangkau dzat Allah yang agung.


  1. Tentang Malaikat-Malaikat Allah
Kaum Ahlussunnah Wal Jama’ah mempercayai bahwa Allah menciptakan suatu makhluk halus yang diciptakan dari nur (cahaya) yang bernama malaikat yang tidak memiliki orang tua dan tidak pernah makan dan minum. Manusia tidak dapat meliha para malaikat dalam bentuk asalnya kecuali para malaikat itu menyerupai manusia. Namun, ada manusia yang diberi keistimewaan oleh Allah untuk dapat melihat para malaikat yaitu para nabi. Jumlah malaikat itu banyak yang manusia tidak dapat mengetahui jumlahnya. Namun, umat Islam hanya wajib mengetahui malaikat-malaikat yang sepuluh, setiap malaikat mempunyai tugas masing-masing dari Tuhan-nya.
Malaikat adalah makhluk halus ciptaan Allah yang taat menjalani semua perintah dari Allah. Hal ini terkandung dalam Al-Qur’an, yang bunyinya :
لاَيَعْصُوْنَ اللهَ مَاأَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُوْنَ مَايُؤْمَرُوْنَ. (التحريم : ٦)
Yang artinya : “malaikat-malaikat itu tidak pernah mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka, dan mereka selalu mengerjakan apa yang diperintankan-Nya”. (QS. At-Tahrim : 6 )


  1. Tentang Kitab-Kitab Suci
Kaum Ahlussunnah Wal Jama’ah menyakini sesungguhnya Allah memiliki kitab-kitab suci yang diturunkan kepada para rasul-rasul-Nya, yang menerngkan tentang perintah, larangan, janji dan ancaman Allah bagi orang-orang yang melanggarnya. Hal ini terkandung dalam Al-Qur’an, yang bunyinya :
وَأَنْزَلَ مَعَهُمُ الْكِتَابَ بِالْحَقِّ لِيَحْكُمَ بَيْنَ النَّاسِ فِيْمَا اخْتَلَفُوْا فِيْهِ. (البقرة : ۲۱۳)
Yang artinya : “dan Allah menurunkan bersama mereka kitab dengan benar untuk member putusan di antara mausia tentang perkara yang mereka perselisihkan”. (QS. Al-Baqarah : 213)
قَدْ جَاءَكُمْ مِنَ اللهِ نُوْرٌ وَّكِتَابٌ مُّبِيْنٌ. (المائدة : ۱۵)
Yang artinya : “sesungguhnya telah datang kepadamu cahaya dari Allah dan kitab yang menerangkan”. (QS. Al-Maidah : 15)
Allah SWT  menurunkan kitab-kitab suci yang wajib diiamani oleh umat Islam ada empat kitab, yaitu :
  1. Kitab Taurat
  2. Kitab Zabur
  3. Kitab Injil, dan
  4. Kitab Al-Qur’an


  1. Tentang Rasul-Rasul
Kaum Ahlussunnah Wal Jama’ah menyakini bahwa Allah memiliki para utusan yang diutus untuk memberikan kabar kembira bagi orang-orang yang beriman adan ancaman bagi orang-orang yang berbuat dosa. Sebagian ulama’ menjelaskan tentang  jumlah para nabi dan rasul, yaitu 124.000 orang, tapi yang diangkat menjadi rasul hanya 313 orang, dan kaum Ahlussunnah Wal Jama’ah menyakini bahwasaannya bagi umat Islam hanya wajib mengetahui rasul yang 25, yang dari Nabi Adam AS sampai kepada Nabi Muhammad SAW, selain itu kaum Ahlussunnah Wal Jama’ah meyakini bahwa diantara nabi-nabi yang 25 itu ada lima nabi yang dijuluki Ulul Azmi,diantaranya :
  1. Nabi Muhammad SAW
  2. Nabi Ibrahim AS
  3. Nabi musa AS
  4. Nabi Isa AS, dan
  5. Nabi Nuh AS
Hal ini sesuai dengan yang terkandung dalam Al-Qr’an, yang bunyinya :
وَإِذْ أَخَذْنَا مِنَ النَّبِيِّنَ مِيْثَاقَهُمْ وَمِنْكَ وَمِنْ نُّوْحٍ وَّاِبْرَاهِيْمَ وَمُوْسَى وَعِيْسَى ابْنِ مَرْيَمَ وَأَخَذْنَا مِيْثَاقًا غَلِيْظًا. (الاحزاب : ۷)
Yang artinya : “dan (ingatlah) ketika Kami mengambil perjanjian dari nabi-nabi dan dari kamu (sendiri), dari Nuh, Ibrahim, Musa dan Isa putra Marya, dan Kami telah mengambil dari mereka perjanjian yang teguh”. (QS. Al-Ahzab : 7)
Dalam ayat lain, yang bunyinya :
شَرَعَ لَكُمْ مِّنَ الدِّيْنِ مَا وَصَّى بِهِ نُوْحًا وَّالَّذِيْ أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ وَمَا وَصَّيْنَا بِهِ إِبْرَاهِيْمَ وَمُوْسَى وَعِيْسَى أَنْ أَقِيْمُوا الدِّيْنَ وَلَا تَتَفَرَّقُوْا فِيْهِ كَبُرَ عَلَى الْمُشْرِكِيْنَ مَاتَدْعُهُمْ إِلَيْهِ اَللهُ يَجْتَبِيْ إِلَيْهِ مَنْ يَّشَاءِ وَيَهْدِيْ إِلَيْهْ مَنْ يُّنِيْبُ. (الشورى : ۱۳)
Yang artinya : “Dia telah mensyariatkan bagi kamu tentang agama apa yang telah diwasiatkan-Nya kepada Nuh dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu dan apa yang telah Kami wasiatkan kepada Ibrahim, musa dan Isa yaitu, tegakkanlah agama, dan janganlah kamu berpecah belah tentangnya. Amat berat bagi orang-orang musyrik agama yang kamu seru mereka kepadanya. Allah menarik kepada agama itu orang yang dikehendaki-Nya dan member petunjuk kepada (agama)-Nya orng yang kembali (kepada-Nya)”. (QS. Asy-Syuro : 13)


  1. Tentang Hari Kiamat
Kaum Ahlussunnah Wal Jama’ah meyakini bahwa hari akhir (kiamat) pasti akan ada, namun manusia tidak mengtahui kapan hari akhir akan terjadi kecuali Allah SWT. Umat Islam kaum Ahlussunnah Wal Jama’ah wajib percaya :
  1. Setiap orang akan mati
  2. Pertanyaan dalam kubur
  3. Akan ada haripembangkitan
  4. Adanya timbangan tentang amal baik dan buruk
  5. Adanya titian siratholmutaqim yang dibentang diatas neraka
  6. Sekalian orang-orag yang baik masuk ke syurga dan orang-orang yang ingkar masuk ke neraka
  7. Orang-orang yang kafir akan kekal di neraka sedangkan orang-orag Islam yang selama hidupnya berbuat dosa hanya sementara
  8. Orang-orang yang shaleh akan diberi nikmat yang sangat besar yaitu bisa melihat Allah SWT
  9. Yang ada di syurga akan kekal begitu pula yang berada didalam neraka.
Dasar-dasar kepercayaan kaum Ahlussunnah Wal Jama’ah ini terkandung dalam Al-Quran, yang bunyinya :
كُلُّ نَفْسٍ ذَائِـقَـةُ الْمَــوْتِ. (ال عمـران : ۱۸۵)
Yang artinya : “setiap orang akan merasakan mati”. (QS. Ali Imron : 185)
وَلَكِـنَّ الْبِرَّ مَنْ أَمَنَ بِاللهِ وَالْيَـوْمِ الْاَخِـرِ. (البقرة : ۱۷۷)
Yang artinya : “dan yang baik ialah iman kepada Allah dan iman atas adanya Hari Akhir”. (QS. Al-Baqarah : 177)
ذَلِكَ بِأَنَّ اللهَ هُوَ الْحَـقُّ وَأَنَّـهُ يُحْـيِى الْمَـوْتَى وَأَنَّـهُ عَلَـى كُلِّ شَيْـئٍ قَدِيْـرٌ. وَأَنَّ السَـاعَةَ أَتِيَـةٌ لَارَيْبَ فِيْـهَا وَأَنَّ اللهَ يَبْــعَـثُ مَنْ فِى الْقُبُــــوْرِ. (الحــج : ٦-۷)
Yang artinya : “demikianlh yang sesungguhnya, Allah itu yang sebenarnya dan Ia bisa menghidupkan yang mati, bahwasanya Ia kuasa membuat sesuatu. Dan sesungguhnya kiamat itu pasti datang, tiada ragu lagi dan sesungguhnya Tuhan akan membangkitkan orang-orang yang dalam kubur”. (QS. Al-Haj : 6-7)
  1. Tentang Qodha’ dan Qodar
Kaum Ahlussunnah Wal Jama’ah menyakini bahwasannya seluruh perbuatan manusia baik yang membutuhkan usaha (Ikhtiar) maupun tanpa usaha (Idltirori) semua itu terjadi karena kehendak Allh SWT. Dan ketentuan (takdir) itu telah dibuat Allah sejak zaman sebelum ada sesuatu kecuali Allah (Azal). Semua yang terjadi pada manusia itu sudah ditakdirkan oleh Allah. Hal ini terkandung di dalam Al-Qur’an , yang bunyinya :
إِنَّا كُلَّ شَـيْئٍ خَلَقْـنَا بِـقَـدَرٍ. (القــــمـر : ٤٩)
Yang artinya : “sesugguhnya segala sesuatu Kami jadikan dengan takdir”. (QS. Al-Qamar : 49)


  1. Aliran-Aliran Ahlussunnah Wal Jama’ah
Ahlussunnah Wal Jama’ah memiliki dua aliran yaitu :
  1. Aliran Asy’ariyah
Aliran ini muncul sebagai reaksi terhadap paham theology Islam yang telah mendahuluinya. Pandangan teologis Asy’ari (pokok ajaran) meliputi :
  1. Iman
  2. Akal dan Wahyu
  3. Wujud Tuhan
  4. Dzat dan Sifat Tuhan
  5. Kalamullah
  6. Arah dan Rukyah
  7. Kekuasaan dan Keadailan Tuhan
  8. Qadha’ dan Qodar Tuhan



  1. Aliran Al-Maturidiyah
Al-Maturidiyah sebagai salah satu paham Ahlussunnah Wal Jama’ah dalam bebera segi memiliki banyak persamaan dengan Asy’ariyah. Pokok ajarannya meliputi :
  1. Perbuatan Manusia
  2. Kedudukan Dosa Besar
  3. Fungsi Akal Bagi Al-Qur’an
  4. Mengenai Kebangkitan di Hari Kiamat


Ahlussunnah Wal Jamaah merupakan aliran yang akan selamat dari pada aliran yang lain, hal ini terkandung dalam hadits Rasulullah SAW, yang bunyinya :
سَتَفْتَرِقُ اُمَّتِى عَلَى ثَلَاثٍ وَسَبْعِيْنَ فِرْقَةً. اَلنَّاجِيَّةُ مِنْهَا وَاحِدَةٌ وَالْيَقُوْنَ هَلْكَى. قِيْلَ: وَمَنِ النَّاجِيَّةُ؟ قَالَ: اَهْلُ السُّنَّةِ وَالْجَمَاعَةِ. قِيْلَ: وَمَنْ اَهْلُ السُّنَّةِ وَالْجَمَاعَةِ؟ قَالَ: مَا اَنَا عَلَيْهِ وَاَصْحَابِى.
Yang artinya : “akan terpecah belah umatku atas tujuh puluh tiga golongan. Yang selamat diantaranya hanya satu golongan (saja) yang lainnya binasa. (para sahabat: bertanya: siapakah yang selamat itu? Rasul menjawab: (ialah) Ahlusunnah Wal Jamaah. (para sahabat) bertanya lagi: siapakah Ahlussunnah Wal Jamaah itu? Rasul menjawab: yaitu apa yang aku dan sahabatku berada di atasnya (mengikuti)” (Al Milal wa Al Nihal Huz I hal 12).
Dalam hadits sudah jelas bahwa aliran yang akan selamat adalah Aliran Ahlussunnah Wal Jamaah karena aliran tersebut selalu mengikuti sunnah Rasulullah dan para sahabat beliau (Rasulullah).
BAB III
PENUTUP


  1. Kesimpulan
Ahlussunnah Wal Jama’ah terbentuk melalui proses yang tidak sederhana.disamping membutuhkan waktu yang panjang dalam proses dalam pembukuannya, faham ini juga mengalami beberapa kali benturan dengan faham lain sebelumsampai pada bentuk ny ayang final. Walaupun faham ini telah berhasil mengatasi tantangangan yang dihadapinya dalam proses sampai kepada formatnya yang baku,Ahlussunah Wal Jamaah mulai di uji kembali oleh kelompok modernis yang menghendaki adnaya revisi terhadap beberapa ajarannya yang dianggap perlu diubah agar sesuai dengan tututan zaman. Namun, kelihatannya keberadaan Ahlulsunnah Wal Jamaah maih tetap dibutuhkan skurang-kurang dalam masa sekarang ini karena tantangan dari kaum modernis terbukti menjadi counter productive. Meskipun demikian ahl lulsunah waljama’ah tetap harus terbuka untuk berubah sebab hakekat keberadaanya memang hasil dari dari perubahan-perubahan yang dilakukan oleh ulama Sunni di masa lalu doktrin in bisa compatible dengan waktu di masa para ulama waktu hidup.
DAFTAR PUSTAKA
Abbas, Sirajuddin, I’TIQOD AHLUSSUNNAH WAL JAMA”AH, (Jakarta : Pustaka Tarbiyah baru. Cet. VII), 2008
Ahmad, Muhammad, TAUHID ILMU KALAM, (Bandung : CV. Pustaka Setia. Cet. II), 2009
Al-Jazairi, Syaikh Tohir bin Sholeh, AL-JAWAHIR KALAMIYAH, (Surabaya : Toko Kitab Al-Hidayah), Tt
Asy’ari, Syaikh Muhammad Hasim, RISALAH AHLUSSUNNAH WAL JAMA’AH, (Pasuruan : Maktabah At-Tarbiyah Al-Islami (Pustaka Sidogiri), 1418
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya.
Sudarsono, FILSAFAT ISLAM, (Jakarta : PT. Rineka Cipta. Cet I), 1997
Syak’ah, Mustofa Muhammad, ISLAM TANPA MAZHAB, (Solo : Tiga serangkai. Cet. I), 2008

Wahhab, Muhammad bin Abdul, BERSIHKAN TAUHID ANDA DARI NODA SYIRIK, (Surabaya : PT. Bina Ilmu. Bag. II), 1996

Kamis, 14 Juli 2016

7 PARA IMAM PERAWI HADITS

By hendrahandsome.blogspot.co.id

As-Sab’ah (imam yang tujuh) adalah : Ahmad, Al-Bukhari, Muslim, Abu Dawud, At-Tirmidzi, An-Nasa`i, dan Ibnu Majah.
As-Sittah (imam yang enam) adalah : semua nama di atas kecuali Ahmad [1].
Al-Khamsah (imam yang lima) adalah : semua nama di atas kecuali Al-Bukhari dan Muslim [2]. Terkadang saya istilahkan juga dengan Al-Arba’ah dan Ahmad.
Al-Arba’ah (imam yang empat) adalah : nama-nama di atas kecuali tiga nama pertama [3].
Ats-Tsalatsah (imam yang tiga) adalah : Abu Dawud, at-Tirmidzi, An-Nasa'i.
Muttafaq ‘alaihi adalah : Al-Bukhari dan Muslim.
 
                                           IMAM PERAWI HADITS
1.      IMAM BUKHARI (194-256 H/ 773-835 M)
Nama lengkapnya adalah Abu Abdullah Muhammad bin Ismail Al Bukhari bin Ibrahim bin Al Mughirah bin Bardizbah. Beliau dilahirkan di Bukhara, Uzbekistan setelah Shalat Jumat, pada tanggal 13 Syawal 194 H/810 M. Muhadditsin ini sangat wara’, banyak membaca Al Qur’an siang malam serta, gemar berbuat kebajikan. Sejak umur 10 tahun, dia sudah mempunyai hafalan hadits yang tidak sedikit jumlahnya. Beliau telah menulis Kitab Hadits yang memuat 600.000 hadits  kemudian beliau pilih lagi menjadi 100.000 hadits shahih dan 1000 hadits TIDAK shahih.
Shahih al-Bukhari adalah karya utama Imam Bukhari. Judul lengkap buku beliau ini adalah Al-Jami’ ash-Shahih al- Musnad al-Mukhtashar min Umūri Rasūlillah Shallallahu ’alayhi wa Sallam wa Ayyamihi (Jami’us Shahih), yakni kumpulan hadits-hadits shahih. Beliau menghabiskan waktu selama 16 tahun untuk menyusun bukunya ini. Beliau memperoleh hadits dari beberapa hafizh, antara lain Maky bin Ibrahim, Abdullah bin Usman Al Marwazy, Abdullah bin Musa Al Abbasy, Abu Ashim As Syaibany dan Muhammad bin Abdullah Al Anshari. Karya-karya lainnya antara lain:
·         Qadlayas Shahabah Wat Tabi’in
·         At Tarikhul Kabir
·         At Tarikhul Ausath
·         Al ‘Adabul Munfarid
·         Birrul Walidain.
Dalam kitab jami’nya, beliau menuliskan 6.397 buah hadits, dengan yang terulang. Yang muallaq sejumlah 1.341 buah, dan yang mutabi’ 384 buah, jadi seluruhnya berjumlah 8.122 buah. Beliau wafat pada malam Sabtu selesai shalat Isya’, tepat pada malam Idul Fitri tahun 252 H/870 M dan dikebumikan di Khirtank, kampung yang tidak jauh dari Samarkand.
2.      IMAM MUSLIM (204-261 H/ 783-840 M)
Beliau mempunyai nama lengkap Abul Husain Muslim bin Al Hajaj Al Qusyairy. Beliau dilahirkan di Nisabur, Iran tahun 204 H/820 M. Dia adalah muhadditsin dan hafidz yang terpercaya. Dia pergi ke berbagai kota untuk berguru hadits kepada Yahya bin Yahya, Ishaq bin Rahawaih, Muhammad bin Mahran, Abu Hasan, Ibnu Hanbal, Abdullah bin Maslamah, Yazid bin Mansur dan Abu Mas’ad, Amir bin Sawad, Harmalah bin Yahya, Qatadah bin Sa’id, Al Qa’naby, Ismail bin Abi Uwais, Muhammad bin Al Mutsanna, Muhammad bin Rumhi dan lain-lain. Dalam bidang hadits, beliau memiliki karya Jami’ush Shahih. Jumhur ulama mengakui kitab Shahih Muslim adalah secermat-cermat isnadnya dan sekurang-kurang perulangannya. Kitab ini berisikan 7.273 buah hadits, termasuk dengan yang terulang. Karya lainnya ialah:
·         Musnadul Kabir (Kitab yang menerangkan tentang nama-nama rijalul hadits)
·         Al Jami’ul Kabir
·         Kitabul ‘ilal wa kitabu auhamil muhadditsin
·         Kitabut Tamyiz
·         Kitab man laisa lahu illa rawin wahidun
·         Kitabut thabaqatut tabi’in
·         Kitabul Muhadiramin
Beliau wafat pada hari Minggu, Rajab tahun 261 H/875 M dan dikebumikan pada hari Senin di Nisabur.
menulis Kitab Shahih Muslim yang terdiri dari 7180 Hadits . Guru-guru beliau: Imam Ahmad bin Hanbal dan Imam Bukhari. Adapun murid murid beliau: Imam at-Tirmidzi, Abū Hatim ar-Razi dan Abū Bakr bin Khuzaimah termasuk. Buku beliau memiliki derajat tertinggi di dalam pengkategorisasian (tabwib).
Kedua Ulama Ahli hadits ini biasa disebut dengan As Syaikhani (الشيخان ) dan kedua kitab Shahih beliau berdua disebut Shahihain (الصحيحين) sedangkan hadits yang diriwayatkan oleh mereka berdua dari sumber sahabat yang sama disebut muttafaq ‘alaih (متفق عليه )
3.      IMAM ABU DAWUD (202-275 H/ 817-889 M)
Nama lengkapnya adalah Abu Dawud Sulaiman bin Al Asy’ats bin Ishaq bin Basyir bin Syidad bin Amr bin Amran Al Azdi As Sijistani. Ia dilahirkan di Sijistan (antara Iran dan Afganistan) pada 202 H/817 M. Ia seorang ulama, hafizh (penghafal Al Qur’an) dan ahli dalam berbagai ilmu pengetahuan tentang ke-Islaman khususnya dalam bidang ilmu fiqih dan hadits. Dia berguru kepada para pakar hadits, seperti: Ibnu Amr Ad Darir, Qa’nabi, Abi Al Walid At Tayalisi, Sulaiman bin Harb, Imam Hambali, Yahya bin Ma’in, Qutaibah bin Sa’id, Utsman bin Abi Syaibah, Abdullah bin Maslamah, Musaddad bin Marjuq, Abdullah bin Muhammad An Nafili, Muhammad bin Basyar, Zuhair bin Harb, Ubaidillah bin Umar bin Maisarah, Abu bakar bin Abi Syaibah, Muhammad bin Mutsanna, dan Muhammad bin Al Ala.
Abu Dawud menghasilkan sebuah karya terbaiknya yaitu Kitab Sunan Abi Dawud. Kitab ini dinilai sebagai kitab standar peringkat 2 (kedua) dalam bidang hadits setelah kitab standar peringkat pertama yaitu Shahih Bukhari dan Shahih Muslim. Dalam kitabnya tersebut Abu Dawud mengumpulkan 4.800 buah hadits dari 500.000 hadits yang ia catat dan hafal. Karangan Abu Dawud yang berjumlah 20 judul dan tidak kurang dari 13 judul kitab telah mengulas karya tersebut dalam bentuk syarh (komentar), mukhtasar (ringkasan), tahzib (revisi) dll.
Beliau tinggal dan menetap di Basra dan akhirnya wafat di Basrah pada tahun 275 H/889 M dalam usia 73 tahun. Buku beliau ini, utamanya menggabungkan antara riwayat-riwayat yang berkaitan dengan ahkam dengan ringkasan (mukhtasar) permasalahan fiqih yang berkaitan dengan hukum. Bukunya tersusun dari 4.800 ahadits. Al Khathaby mengomentari bahwa Kitab Sunan Abu Dawud itu adalah kitab yang lebih banyak fiqih-nya daripada Kitab As Shahihain.
4.      IMAM AT-TIRMIDZI (209-279 H/ 824-892 M)
Beliau mempunyai nama lengkap Abu Isa Muhammad bin Isa bin Saurah at Tirmidzi bin Musa bin Dahhak As Sulami Al Buqi. Ia lahir di Termez, Tadzikistan pada bulan Dzulhijah 209 H/824 M. Ia merupakan ilmuwan Islam, pengumpul hadits kanonik (standar buku). Abu Ya’la Al Khalili, seorang ahli hadits menyatakan bahwa At Tirmidzi adalah seorang Siqah (terpercaya) dan hal ini disepakati oleh para ulama. Ibnu Hibban Al Busti (ahli hadits) mengakui kemampuan At Tirmdzi dalam hal menghafal, menghimpun dan menyusun hadits.
At Tirmidzi adalah seorang murid dari Imam Bukhari dan beberapa guru lainnya seperti: Qutaibah bin Sa’id, Ishaq bin Musa. Kitab beliau yang terkenal, Jami’ at-Tirmidzi menyebutkan seputar permasalahan fiqh dengan penjelasan yang terperinci.
Beliau juga memiliki kitab Ilalul Hadits. Pada usia 70 tahun, ia meninggal di tempat kelahirannya Termez pada akhir Rajab tahun 279 H/892 M.
5.      IMAM AN-NASA’I (215-303 H/ 830-915 M)
An-Nasa’i memiliki nama lengkap Abu Abdir Rahman Ahmad bin Syu’aib an-Nasa’i bin Ali bin Bahr bin Sinan. Sedangkan nama panggilannya adalah Abu Abdul Rahman An-Nasa’i. Beliau lahir di Nasa’, Khurasan 215 H/830 M. Seorang ahli hadits ini memilih Mesir sebagai tempat menyiarkan hadits-hadits. Beliau mempunyai keahlian dalam bidang hadits dan ahli fiqih dalam mazhab Syafi’i. Di kota Damaskus ia menulis kitab Khasais Ali ibn Abi Thalib (Keistimewaan Ali bin Abi Thalib). Sedangkan karya-karyanya yang lain yaitu:
·         As Sunan Al Kubra (Sunan-sunan yang Agung).
·         As Sunan Al Mujtaba (Sunan-sunan Pilihan).
·         Kitab At Tamyiz (Pembeda)
·         Kitab Ad Du’afa (Tentang Orang-orang Kecil).
·         Khasais Amir Al Mu’minin Ali ibn Abi Thalib.
·         Manasik Al Hajj (Cara Ibadah Haji).
·         Tafsir

Dari kitab-kitab tersebut, As-Sunan Al Kubra merupakan karya terbesarnya. Beliau memiliki guru-guru dalam bidang hadits antara lain: Qutaibah bin Sya’id, Ishaq bin Ibrahim, Ahmad bin Abdul Amru bin Ali, Hamid bin Mas’adah, Imran bin Musa, Muhammad bin Maslamah, Ali bin Hajar, Muhammad bin Mansyur, Ya’kub bin Ibrahim, dan Haris bin Miskin.
An-Nasa’i meninggal dunia di kota Ramlah, Palestina dan dikuburkan di antara Shafa dan Marwah di Mekah pada hari Senin, 13 Safar tahun 303 H/915 M dalam usia 88 tahun.
6.      IMAM IBNU MAJAH (209-273 H/ 824-887 M)
Nama lengkapnya adalah Abu Abdillah Muhammad bin Yazid bin Majah al-Qadziani Ar Raba’i Al Qazwani. Beliau lahir di Qazwin, Iran 209 H/824 M. Majah adalah nama gelar (Laqab) bagi Yazid, ayahnya yang dikenal juga dengan nama Majah Maula Rab’at. Ada juga pendapat yang menyebutkan bahwa Majah adalah kakeknya Ibnu Majah. Ibnu Majah memiliki keahlian dalam bidang hadits, ahli tafsir dan ahli sejarah Islam. Ada 2 (dua) keahliannya dalam bidang tafsir yaitu tafsir Al Qur’an Al Karim dan At Tarikh.
Pada usia 21 tahun dia mulai mengadakan perjalanan untuk mengumpulkan hadits. Dengan cara tersebut dia telah mendapatkan hadits-hadits dari para ulama terkenal yang mana juga sebagai gurunya seperti Abu Bakar bin Abi Syaibah, Muhammad bin Abdullah bin Numaayr, Hisyam bin Ammar, Ahmad bin Al Azhar, Basyar bin Adam serta para pengikut Imam Malik dan Al Layss.
Karya utama Ibnu majah dalam bidang hadits adalah Sunan Ibnu Majah yang dikenal sebagai salah satu dari enam kitab kumpulan hadits yang terkenal dengan julukan Al Kutub As Sittah (kitab yang enam). Lima kitab hadits yang lain dari kumpulan tersebut adalah Shahih Bukhari, Shahih Muslim, Sunan Abu Dawud, Sunan At Tirmidzi dan Sunan An Nasa’i (disebut dengan Sunan, karena kitab ini mengandung ahadits yang menyinggung masalah duniawi/mu’amalah).
Ibnu Majah wafat di tempat kelahirannya Qazwin hari Selasa, tanggal 20 Ramadhan 273 H/18 Pebruari 887 M dalam usia 64 tahun.
7.      IMAM AHMAD (164-241 H/ 780-855 M)
Nama lengkapnya adalah Abu Abdillah bin Muhammad bin Hanbal Al Marwazy. Dia adalah ulama hadits terkenal kelahiran Baghdad. Dia dilahirkan pada bulan Rabiul Awal, tahun 164 H/780 M. Beliau terkenal sebagai salah seorang pendiri madzhab yang dikenal dengan nama Hanabilah (Hanbaly). Beliau mulai mencari hadits sejak berumur 16 tahun hingga merantau ke kota-kota di Timur Tengah. Dari perantauan inilah, beliau mendapatkan guru-guru kenamaan, antara lain: Sufyan bin ‘Uyainah, Ibrahim bin Sa’ad, Yahya bin Qaththan. Dan beliau adalah salah seorang murid Imam As Syafi’i yang paling setia.
Dia merupakan seorang ahli hadits yang diakui kewara’an dan kezuhudannya. Menurut Abu Zur’ah, beliau mempunyai tulisan sebanyak 12 macam yang dikuasai di luar kepala. Beliau juga mempunyai hafalan matan hadits sebanyak 1.000.000 buah. Karya beliau yang sangat gemilang adalah Musnadul Kabir. Kitab ini berisikan 40.000 buah hadits yang 10.000 di antaranya merupakan hadits ulangan. Karya beliau yang paling utama adalah Musnad Ahmad yang tersusun dari 30.000 ahadits dalam 24 juz.
Beliau pulang ke rahmatullah pada hari Jumat Rabiul Awal, 241 H/855 M di Baghdad dan dikebumikan di Marwaz yang mana jenazahnya diantar oleh 800.000 orang laki-laki dan 60.000 orang perempuan.